INGGRIS, M86 – Asosiasi Kepala Sekolah Nasional (NAHT) Inggris menilai, jejaring media sosial lebih menakutkan daripada pengawas sekolah. Sekretaris Jenderal NAHT, Russel Hobby menilai Facebook, Twitter, dan jejaring sosial lainnya menimbulkan kehancuran bagi sekolah.
Bahkan, NAHT menilai, kekuatan media sosial lebih menghancurkan daripada pengawas sekolah, Badan Standar Pendidikan, serta Pelayanan dan Keterampilan Anak (Ofsted). Hal ini diungkapkan Russell menanggapi studi yang dilakukan University of Plymouth yang dirilis awal pekan ini.
Studi tersebut menyatakan, para guru semakin menjadi sasaran orangtua di Facebook dan Twitter. Para orangtua melihat media sosial sebagai "permainan yang adil untuk penyalahgunaan".
Studi yang dilakukan Prof Andrew Phippen ini termasuk wawancara dengan kepala sekolah yang mengalami gangguan dan ingin bunuh diri, setelah menghadapi rentetan tahun yang panjang dalam mengalami pelecehan dari orangtua di jejaring sosial. Sementara sejumlah guru lainnya merasa depresi karena ditanyai oleh polisi dan akibatnya ingin bunuh diri.
“Semakin banyak yang menggunakan jejaring sosial sebagai bahan bakar untuk melawan sekolah dan para guru. Sejumlah 20 persen anggota kami menerima ancaman atau penyalahgunaan di dunia maya, di mana sumber utamanya adalah para orangtua atau mantan murid. Hal ini dapat menghancurkan mental para guru,” jelas Hobby seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (19/8).
Sementara itu, seorang guru menyatakan kepada Phippen bahwa mereka harus hidup dengan hal itu. Karena blog yang kejam dianggap sebagai "perpanjangan gerbang sekolah".
Hobby mengatakan, masalah utama penyalahgunaan secara online adalah, tidak ada prosedur standar untuk mengatasi kebohongan atau kesalahan informasi. “Tidak ada alasan, tidak ada hak jawab, banding, dan tidak ada persyaratan untuk bukti," katanya.
"Tuduhan ini kerap ditujukan berdasarkan tuduhan palsu atau sindiran dari orang-orang yang sedikit bahkan tidak memiliki kontak dengan sekolah. Kami telah melihat bagaimana jejaring sosial dan mentalitas gerombolan dapat dikombinasikan dalam kerusuhan yang baru-baru ini terjadi di Inggris,” jelasnya.
Studi menemukan, satu dari tiga guru di Inggris menjadi korban bullying di dunia maya atau mengetahui koleganya yang menjadi korban. Sementara seperempat guru lainnya mengalami pelecehan dari orangtua.
Sementara itu, juru bicara Facebook mengatakan, diskusi di dunia maya merupakan refleksi dari kehidupan offline. “Tapi, jika Anda tidak dapat melaporkan percakapan di luar gerbang sekolah atau menghentikan orang yang mengirim pesan kasar maupun email anonim, Facebook telah bekerja keras untuk mengembangkan mekanisme pelaporan yang memungkinkan masyarakat melaporkan konten yang menyinggung mereka,” jelas pihak Facebook.(red/*b8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar