Kamis, Juni 09, 2011

TPST Bantargebang 'Dilirik' Dunia

JAKARTA, M86 - Keberhasilan Pemprov DKI Jakarta dalam mendayagunakan sampah menjadi kompos dan energi listrik ternyata mendapat perhatian dari negara-negara yang tergabung dalam kelompok C40. Bahkan, dalam pertemuan kelompok itu, beberapa waktu lalu di Sao Paolo, Brazil, Pemprov DKI Jakarta diminta menyampaikan keberhasilannya dalam mengolah sampah menjadi kompos dan energi listrik yang dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.

Saat ini, di TPST Bantargebang telah menerapkan teknologi Gassificatioan Landfill Anaerobic Digestion (Galfad) untuk menghasilkan listrik dari gas metan sampah. Produksi energi listrik dari pembangkit tenaga listrik sampah (PLTSa) Bantargebang, sampai akhir tahun ini telah mencapai 4 mega watt dari target 26 mega watt pada 2023.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) DKI Jakarta, Sarwo Handayani mengatakan, dalam pertemuan kelompok C40 World Summit, Pemprov DKI menyampaikan keberhasilan dalam sektor waste to energy, atau kegiatan pengelolaan sampah menjadi energi listrik dan kompos. "Kami memaparkan kegiatan pengelolaan sampah di TPST Bantargebang. Dan itu mendapat sambutan positif dari negara-negara lainnya," ujar Yani, sapaan akrabnya, Kamis (9/6).

Tidak hanya itu, dikatakan Yani, di TPST Bantargebang juga telah dibangun pabrik kompos dari sampah organik. Tahun ini produksinya telah mencapai 60 ton per hari, ditargetkan pada tahun 2013 produksi kompos dari sampah organik bisa mencapai 300 ton per hari yang berasal dari sampah-sampah pasar tradisional. "Kita akan terus tingkatkan produksinya, sehingga bisa mengolah sampah yang ada dan bisa berguna untuk masyarakat kembali,” katanya.

Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Transportasi, Perindustrian, dan Perdagangan, Sutanto Suhodo mengatakan, ada empat rumusan yang telah disepakati dalam pertemuan C40 World Summit, yakni berbagi pengetahuan untuk mengantisipasi dampak gas rumah kaca yang bermanfaat untuk mengatasi harga energi lebih murah, meminimalkan kemacetan lalu lintas, serta peningkatan kualitas hidup dan kesehatan.

Rumusan kedua yakni negara-negara anggota C40 harus mampu bersama-sama melakukan pertukaran pengalaman dari kebijakan-kebijakan dan berbagai program yang selama ini dilaksanakan sehingga menjadi suatu demonstrasi bagi negara anggota lain. Ketiga, memungkinkan membawa berbagai negara anggota untuk lebih siap mengatasi perubahan iklim, antara lain meminimumkan dampak global perubahan iklim.

Serta keempat adalah mampu merumuskan berbagai macam target terukur yang dapat diimplementasikan baik baik pada tingkat kota dan organisasi masyarakat, untuk keberhasilan penanganan perubahan iklim. "Steering komite C40 merumuskan tujuan objektif dalam penanganan perubahan iklim yang harus melindungi kaum miskin kota agar tidak semakin terpuruk," tandasnya. (nez)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails