Sabtu, Juni 06, 2009

Nelayan Tak Berani Melaut di Ambalat

JAKARTA, MP - Saat ini nelayan di Kabupaten Tarakan dan Nunukan Provinsi Kalimantan Timur tidak berani beraktifitas di kawasan Blok Ambalat karena kehadiran kapal perang Malaysia dan TNI-AL .

"Hal ini disebabkan mereka merasa ketakutan karena adanya beberapa kapal perang milik Indonesia dan Malaysia yang melakukan patroli yang lebih intensif," kata Ketua Centre Of Regional Development For Adjoin Society (CERDAS), Sofyan Asnawie di Balikpapan.

Saat in, baik Indonesia maupun Malaysia terus melakukan patroli lantaran kembali memanasnya situasi di Blok yang banyak mengandung minyak dan gas (migas).

Padahal menurut Sofyan, mencari ikan merupakan salah satu mata pencaharian beberapa penduduk di dua kabupaten wilayah utara Kalimantan Timur.

CERDAS sendiri merupakan pusat kerja sama pembangunan regional masyarakat bertetangga Indonesia-Malaysia.

"Selain itu, masyarakat di Pulau Sebatik juga resah karena kebutuhan sembako yang diperoleh dari Tawau, Malaysia berkurang," katanya.

Sofyan menuturkan masyarakat di Pulau Sebatik masih menggantungkan diri untuk sembako dari negeri "Jiran" , hal ini disebabkan untuk memperolehnya lebih dekat.

Biasanya masyarakat dari Pulau Sebatik ke Tawau membutuhkan biaya Rp30 ribu dengan waktu tempuh 20 menit, sementara bila ke Tarakan membeli sembako mengeluarkan biaya Rp200 ribu dengan waktu tempuh tiga jam dengan menggunakan angkutan laut.

"Hal ini diperburuk lagi dengan lambannya distribusi sembako dari Pulau Jawa dan Sulawesi karena faktor cuaca yang masuk ke Pulau Sebatik," ujarnya.

Sofyan mengatakan kawasan Blok Ambalat merupakan kawasan yang potensial untuk sumber daya lautnya. Hal ini terlihat dengan banyaknya kapal-kapal milik Malaysia yang menggunakan `trawl` untuk mencari ikan.

"Nelayan kita kalau di wilayah ini hanya menggunakan peralatan yang sederhana dan masih tradisional," tandasnya.

Sofyan mengharapkan sikap tegas pemerintah dalam masalah batas dengan Malaysia, karena hal ini masih adanya celah bersifat abu-abu.

"Akibat adanya celah "abu-abu `(tidak jelas, red) ini antara Indonesia maupun Malaysia saling mengklaim mengenai batas wilayah berdasarkan kedaulatan masing-masing," kata Sofyan.(mp/an)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails