JAKARTA, M86 - Gara-gara tak diperbolehkan merayakan Idul Fitri, Para tahanan membakar Pusat Penahanan Imigrasi Australia. Sebagian besar dari mereka adalah warga negara Indonesia.
Segera setelah kebakaran terjadi pada Rabu (31/8) kemarin, polisi taktis dan pemadam kebakaran diluncurkan ke lokasi. Demikian dikutip dari AFP, Kamis (1/9).
Untunglah api dapat dipadamkan meski telah menghanguskan sekitar 20 kamar penjara. Namun 466 tahanan yang meringkuk di sana selamat, tidak ada yang terluka.
Para pembela pengungsi menyebut insiden itu tidak terkait dengan keputusan Pengadilan Tinggi pada Rabu lalu. Keputusan pengadilan itu mengganjal rencana pemerintah untuk mengirim pencari suaka ke Malaysia sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran pengungsi yang kontroversial.
Jaringan Advokasi dan Pendukung Pencari Suaka di Darwin mengatakan, sebagian besar yang terlibat dalam kebakaran tersebut adalah orang Indonesia yang dituduh melakukan penyelundupan manusia dan illegal fishing. Mereka membakar kasur untuk memicu kebakaran yang lebih luas.
"Saya kira yang memicu aksi para tahanan itu adalah karena mereka tidak dapat ikut serta sepenuhnya merayakan Idul Fitri," kata anggota jaringan, Carl O'Connor.
"Ini ada kaitan dengan kekhawatiran umum para tahanan di pusat tahanan imigrasi di Darwin terhadap akses pelayanan agama," imbuh O'Connor.Juru bicara Aksi Kolektif Pengungsi, Ian Rintoul mengatakan hal senada. Menurutnya, kerusuhan terjadi di tengah kekhawatiran para tahanan tidak dapat menjalankan ibadah agama mereka seutuhnya.
"Ada isu tentang bagaimana mereka akan merayakan Idul Fitri di akhir bulan Ramadan dan itu ternyata ditolak," ujarnya kepada kantor berita AAP Australia.
"Banyak terjadi ketegangan dengan para tahanan Indonesia karena mereka menunggu selama berbulan-bulan dan kadang-kadang setahun sebelum mereka akhirnya disidangkan," imbuhnya.
Departemen Imigrasi setempat menolak berspekulasi tentang penyebab kebakaran. Namun mereka memastikan semua tahanan bebas menjalankan agamanya. "Tidak ada yang dilarang menjalankan ibadah Ramadan dan Idul Fitri," kata seorang juru bicara pada AFP.
Namun dia menambahkan, tidak semua orang yang ingin menjalankan salat Jumat di masjid lokal bisa diantarkan.
Pusat Penahanan Imigrasi Darwin itu, sebagaimana fasilitas-fasilitas tahanan imigrasi lainnya, menampung para pencari suaka, Namun di tempat ini kerap terjadi insiden. Para tahanan beberapa kali melancarkan protes, termasuk aksi mogok makan pada bulan Juli. Di bulan yang sama, ada enam orang yang mencoba bunuh diri dalam kurun waktu tiga minggu. (cok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar