Kamis, Juni 23, 2011

Menuju Lima Besar Dunia Lewat Pembangunan JSS

JAKARTA, M86 - Di balik pro kontra, rencana pembangunan mega proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) ternyata mengusung misi besar Indonesia. Republik ini ingin menjadikan JSS sebagai bagian dari kesiapannya memasuki lima besar kekuatan ekonomi dunia pada 2030.

Sesuai kerangka dasar visi 2030, Indonesia optimis pada tahun tersebut bisa mencapai target lima besar kekuatan ekonomi dunia. Termasuk menempatkan 30 perusahaan Indonesia dalam daftar 500 perusahaan besar dunia.

Salah satu persyaratan menuju ke arah itu adalah perlunya dukungan infrastruktur bagi kelancaran perputaran roda ekonomi. Sehingga JSS disiapkan.

Keyakinan Indonesia itu juga bisa dirasakan Ketua Masyarakat Profesional Madani Ismet Hasan Putro. Ia melihat pembangunan JSS bisa memecahkan hambatan pendistribusian hasil bumi dari Pulau Jawa ke Sumatera, begitu juga sebaliknya. Kemudahan ini diperkirakan akan meningkatkan perekonomian Indonesia.

Belajar dari pembangunan jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang meningkatkan perekonomian masyarakat Madura, menurutnya, jembatan Selat Sunda ini pun bisa menjadi perekat hubungan antara Pulau Jawa dan Sumatera secara jangka panjang.

“JSS tidak hanya berdampak pada hubungan ekonominya saja. Tetapi, secara sosial, budaya, pendidikan, dan hampir seluruh bidang bisa berdampak positif,” ungkapnya Ismet dalam percakapan dengan matanews.com di Jakarta, Kamis 23 Juni 2011.

Namun begitu, imbuhnya, penggunaan kapal ferry masih tetap dibutuhkan. “Karena itu, pemerintah perlu menambah armada kapal Ferry Ro Ro,” sebut Ismet.

Menurutnya, pemerintah sebaiknya berinisiatif memberikan insentif subsidi keringanan pajak pada investor kapal Ferry Ro Ro. “Penambahan armada ini penting untuk menunggu proses pembangunan jembatan Selat Sunda yang memakan waktu 8 sampai 10 tahun,” jelasnya.

Pemerhati Sosial Politik Hendra Manurung juga meyakini pembangunan jembatan Selat Sunda bisa mengantarkan Indonesia mencapai visinya di 2030 mendatang.

Pembangunan infrastruktur JSS, kata dia, akan memberikan keuntungan secara ekonomi dan kemaslahatan bagi masyarakat. “Keberadaan JSS akan memperlancar proses distribusi berbagai produk tanpa harus terhambat kemacetan,” ungkapnya.

Untuk mendukung keyakinan banyak kalangan, Hendra mengingatkan perlunya mengutamakan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) yang akuntabel, transparan, kompetitif, dan accessibility dalam pembangunan proyek mercu suar ini.

“Jauhkan budaya tunjuk langsung dalam pelaksanaan proyek ini. Apabila dalam pengerjaan proyek ini kemudian ada investor atau kontraktor titipan dari salah satu pihak, maka siap-siap dengan dampak teknis dan nonteknis,” ingat Hendra.

Sementara Asisten Deputi Transportasi Menko Perekonomian Tulus Hutagalung menyatakan proyek pembangunan jembatan Selat Sunda ini memerlukan dukungan luas investor swasta karena biaya yang dibutuhkan cukup besar.

“Tidak mungkin APBN terkuras habis hanya untuk membangun satu jembatan saja. Sebab, pemerintah juga harus membiayai pembangunan infrastruktur lainnya,” tandas Tulus.
Seorang pengunjukrasa membawa poster Jakarta Frustasi sebagai ungkapan Jakarta bukan lagi cermin kota megapolitan karena tingkat polusi tinggi, banjir, kemiskinan, pengangguran dan tingkat kejahatan tinggi. Tampak pengunjukrasa saat beraksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (23/6).(red/*b8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails