JAKARTA, MP - Upaya Pemprov DKI Jakarta dalam menangani masalah banjir kali ini, agaknya jauh lebih siap dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab metode peringatan dini atau early warning system telah berjalan efektif. Sehingga sebelum banjir tiba, warga sudah berkemas-kemas dan mengungsi ke tempat lebih aman. Fenomena ini jelas tercermin pada banjir yang terjadi hari Sabtu (13/2) kemarin.
Sejak Jumat (12/2) malam, Pemprov DKI memonitor ketinggian air di pintu air Katulampa, Bogor, Jawa Barat. Setelah melihat adanya gejala banjir besar, saat Katulampa dinyatakan siaga I, Pemprov DKI langsung mengaktifkan peringatan dini pada warganya. System peringatan dini ini merupakan satu dari empat upaya pengendalian banjir yang dilakukan DKI. Selebihnya adalah melakukan operasional pengendalian banjir, peningkatan sarana dan prasarana pengendali banjir serta menghimpun data dari tingkat kegawatan.
Sistem peringatan dini ini telah dikoordinasikan dengan bagian sumber informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Koordinasi juga dilakukan dengan pakar meteorologi, Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL, petugas pemantau ketinggian air di hulu di tujuh lokasi titik pantau, dan partisipasi masyarakat.
Berdasarkan data pengendalian banjir Dinas PU DKI Jakarta, informasi dari petugas pemantau ketinggian air di hulu menempati poisisi yang sangat penting. Saat ini ada tujuh lokasi pengamatan muka air (peil schall) yang turut membantu pemberitahuan bila terjadi luapan air besar di daerah hulu yaitu, Peil Schall Ciledug di daerah aliran sungai (DAS) Kali Angke, Peil Schall Sawangan di DAS Kali Pesanggrahan, Peil Schall Ciganjur di DAS Kali Krukut, Peil Schall Katulampa dan Peil Schall Depok di DAS Kali Ciliwung, Peil Schall Cimanggis di DAS Kali Cipinang dan Peil Schall Pondok Rangon di DAS Kali Sunter.
Peil Schall Ciledug terhubung langsung dengan Pintu Air (PA) Cengkareng Drain sehingga dapat memberikan peringatan lebih dini kepada warga di kawasan Durikosambi dan Rawabuaya. Begitu juga Peil Schall Sawangan terhubung langsung dengan PA Cengkareng Drain dan PA Koneng/Kedoya sehingga dapat memberikan peringatan dini kepada warga di kawasan Cirendeu, Pondok Pinang, Deplu, Cipulir, dan Sukabumiutara.
Informasi ketinggian air di Peil Schall Ciganjur bisa langsung dikirimkan ke Pintu Air Karet dengan daerah berpotensi banjir yaitu kawasan Puloraya, Mampang, Kebalen dan Pejompongan. Untuk Peil Schall Depok dan Katulampa terhubung langsung dengan PA Manggarai, PA Kapitol, PA Jembatan Merah, PA Tangki, PA Pasar Ikan dan Pompa Pluit, daerah yang bisa memberikan peringatan dini kepada warga yang tinggal di kawasan Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Kebonbatu, Bidaracina, Kampungmelayu, Bukitduri, dan Jatipinggir.
Sedangkan Peil Schall Cimanggis dan Pondok Rangon terhubung langsung dengan PA Pulogadung, Saringan Sampah Perintis dan PA Honda. Ketiga PA ini merupakan early warning system bencana banjir untuk kawasan rawan banjir di Kampungrambutan, Kramatjati, Cipinangbesar, Cipinangjaya, Cipinangmelayu, Cipinangindah, Jatinegarakaum, Pulonangka, ASMI/Perintis, dan Kelapagading.
Kepala Dinas PU DKI Jakarta, Budi Widiantoro menerangkan, tujuh lokasi pengamatan muka air atau Peil Schall terhubung langsung dengan satu pompa, satu saringan sampah dan 10 pintu air. Informasi ketinggian air yang dikirimkan dari peil schall ke seluruh pintu air, akan menghidupkan alat peringatan dini ke-24 daerah berpotensi banjir. Sehingga masyarakat yang tinggal di lokasi tersebut dapat segera mengungsi sebelum banjir tiba. “Dengan begitu kita dapat meminimalisir kerugian yang diakibatkan banjir tersebut. Para petugas pengendali banjir juga dapat cepat membantu warga,” terangnya.
Dinas PU DKI menyatakan, kesiapan sarana dan prasarana pengendalian banjir di Jakarta sangat baik dan jumlahnya sudah mencukupi. Sarana dan prasarana yang dimiliki Jakarta hingga kini antara ;ain adalah pompa sebanyak 303 unit dengan kecepatan menghisap keluar air sebesar 324.37 meter kubik per detik.
Kemudian, 19 waduk pengendali banjir yang tersebar di beberapa wilayah dengan total luas mencapai 196,26 hektar, serta 26 situ dengan total luas 121,4 hektar. Bahkan saat ini Dinas PU DKI Jakarta juga sudah menyiapkan 16 lokasi penakar curah hujan dan 442 kilometer saluran makro dan submakro ditambah 1.537 kilometer saluran penghubung. "Itu kesiapan fisik. Kalau dari kesiapan personel, kita mempunyai 931 petugas yang siap turun saat banjir tiba dan 51 posko piket banjir,” urai Budi.
Dengan matangnya kesiapan sarana, prasarana, posko dan personel yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta, Budi optimis banjir di Jakarta dapat dikendalikan. (red/*bj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar