JAKARTA, MP - PT Kereta Api (KA) Daop I Jakarta menargetkan, jalur kereta api Jakarta-Bogor dan sebaliknya akan normal mulai pukul 20.00 WIB, hari Selasa (4/8) kemarin. "Sebelum itu, maka perjalanan KA di jalur itu akan mengali keterlambatan, 30 menit hingga 1 jam," kata Kahumas PT KA Daop I Jakarta, Sugeng Priyono saat dihubungi di Jakarta.
Sebelumnya diberitakan beberapa media massa online, KRL Bogor Ekspres menabrak KRL Pakuan Ekspres yang mogok di Kampung Bubulak, Cilebut, Bogor Tengah, Jawa Barat sekitar pukul 10.30 WIB. Hal itu dibantah pihak PT KA. "Yang benar adalah, KRL Pakuan Ekspress rute Bogor-Jakarta menabrak dari belakang KRL Ekonomi jurusan yang sama," tegas Sugeng Priyono.
Sugeng menjelaskan, sejak pukul 16.00 WIB pihaknya sedang melakukan evakuasi terhadap rangkaian kereta yang keluar dari rel dan diperkirakan prosesnya akan selesai pada pukul 20.00 WIB. "Satu jalur masih bisa dipakai, sedang satu jalur lainnya, tentunya belum bisa. Jadi, harus antri," katanya.
Oleh karena itu, tambahnya, selain pihaknya menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan ini kepada para calon penumpang, juga menghimbau untuk menggunakan alternatif moda transportasi lainnya.
KNKT Selidiki Tabrakan
Sementara itu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memastikan akan menyelidiki tabrakan Kereta Api (KA) dari belakang (sodomi, red) antara KRL Bogor Ekspres yang menabrak Pakuan Ekspres. "Sesaat setelah kejadian, empat investigator KNKT sudah meluncur ke lokasi kejadian," kata Juru Bicara KNKT, J.A. Barata.
Dijelaskan, keempat investigator itu adalah Mumuh, Muchtar, Wahyudianto, dan Sanyoto sebagai "Investigator in Charge" (IIC).
Mereka, kata Barata, akan meneliti segala aspek untuk mencari penyebab terjadinya kecelakaan tersebut dan sekaligus merekomendasikan langkah-langkah kepada pihak terkait agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Semua aspek akan dilihat, manusianya, sinyal, kereta, sistem pengereman dan lain sebagainya," katanya.
Barata juga mengakui, pihaknya mendengar adanya laporan dari penumpang bahwa sistem rem darurat pada KRL Pakuan Ekspres, satu atau beberapa diantaranya yang ada di setiap gerbong, posisinya ditarik oleh penumpang.
"Rem darurat posisinya di setiap gerbong memang terbuka. Jadi, memang untuk kepentingan darurat penumpang bisa mengaksesnya, tetapi karena posisinya terbuka, bisa juga disalahgunakan. Ini juga akan didalami oleh investigator," katanya.
Sebelumnya, Kereta Bogor Ekspres KA 221 Jurusan Bogor - Jakarta menabrak Kereta Rel listrik (KRL) Pakuan Ekspress KA 549 jurusan Bogor - Jakarta di Kampung Bubulak, Cilebut, Bogor Tengah, Jawa Barat sekitar pukul 10.30 WIB.
Kahumas PT KA Daerah Oeprasi I (Daop) I Jakarta, Sugeng Priyono mengatakan, kecelakaan tersebut diduga karena KRL Pakuan Ekspres mogok sehingga KRL Bogor Ekspress di belakangnya menabraknya.
Akibat tabrakan tersebut, lanjut Sugeng Priyono, KRL Bogor Ekpress anjlok hingga ketujuh as keluar rel menyebabkan asisten masinis KRL Pakuan Ekspress, Akbar Felani tewas tergencet di dalam lokomotif dan puluhan penumpang lainnya terluka.
Sudah Empat Kali Tahun Ini
Sementara itu Departemen Perhubungan (Dephub) mengakui, tabrakan Kereta Api (KA) dari belakang (sodomi, red) seperti KRL Bogor Ekspres yang menabrak Pakuan Ekspres pada tahun ini sudah ke-empat kalinya, setelah kejadian serupa terakhir terjadi pada awal Juni 2009 antara KRL Depok Ekspreks yang tertabrak dari belakang oleh KRL Ekonomi Bogor-Jakarta Kota di antara Stasiun Tebet-Manggarai.
"Ini sudah ke-4 kalinya. Menhub sangat menyesalkan, prihatin dan minta agar PLH (peristiwa luar biasa hebat) itu diinvestigasi, baik oleh KNKT maupun Ditjen Perkeretaapian, Dephub," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik, Dephub, Bambang S. Ervan saat dihubungi di Jakarta.
Bambang menjelaskan, setelah investigasi dilakukan, diharapkan segera diikuti langkah dan tindakan kongkret agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Dia juga menilai, peristiwa sejenis untuk kesekian kalinya itu, lebih kepada persoalan teknis operasional yang bermasalah. "Ya dalam hal ini, bisa saja yang bermasalah orang, alat dan lainnya. Ini yang harus diteliti," katanya.
Bambang juga menggarisbawahi, yang patut diteliti lebih jauh dalam peristiwa itu adalah mengapa KRL sampai mogok di tengah jalan, mengapa pada akhirnya kereta di belakangnya bisa menabrak ? Bagaimana kondisi sinyalnya? Apakah mati atau bagaimana?," katanya.
Terkait dengan peristiwa itu, tegasnya, salah satu Direktur Keselamatan dan Teknik Sarana, Hermanto Dwi Atmoko, sudah ke lokasi kejadian.
Sebelumnya, Kereta Bogor Ekspres KA 221 Jurusan Bogor - Jakarta menabrak Kereta Rel listrik (KRL) Pakuan Ekspress KA 549 jurusan Bogor - Jakarta di Kampung Bubulak, Cilebut, Bogor Tengah, Jawa Barat sekitar pukul 10.30 WIB.
Kahumas PT KA Daerah Oeprasi I (Daop) I Jakarta, Sugeng Priyono, mengatakan, kecelakaan tersebut diduga karena KRL Pakuan Ekspres mogok sehingga KRL Bogor Ekspress di belakangnya menabraknya.
Akibat tabrakan tersebut, lanjut Sugeng Priyono, KRL Bogor Ekpress anjlok hingga ketujuh as keluar rel menyebabkan asisten masinis KRL Pakuan Ekspress, Akbar Felani tewas tergencet di dalam lokomotif dan puluhan penumpang lainnya terluka.
52 Orang Jadi Korban
Kepala Humas Daops I Jabotabek, Sugeng Priyono mengatakan, korban tabrakan KRL Pakuan Express dengan KR Ekonomo Bogor menjadi 52 orang. "Sebanyak 16 orang dirawat di PMI Bogor, tiga di antaranya luka berat dan 36 orang lainya dirawat di RS Salak Bogor," katanya.
Sedangkan asisten masinis KRL Pakuan Express KA 211, Akbar Jaelani akhirnya meninggal dunia. Akbar meninggal lantaran terjepit di sela-sela lokomotif dan gerbong. Petugas tidak berhasil mengevakuasi, sehingga korban meninggal dunia.
"Masinis Kereta Pakuan Express masih terjepit di antara kereta dan petugas pemadam kebakaran masih berusaha mengeluarkan dengan membongkar gerbong dengan alat potong, namun korban tidak bisa bertahan lantaran proses evakuasi lama," kata Sugeng Priyono.
Tabrakan bermula saat KRL KA 549 Ekonomi Bogor dari arah Bogor menuju Jakarta mengalami gangguan dan berhenti di KM 52+9 Kampung Bubukan, Cilembut, Bogor.
Dari jalur yang sama, meluncur kencang KRL Pakuan Express yang berniat mendorong kereta api ekonomi tersebut, namun Kereta Pakuan Express tidak bisa dikendalikan sehingga langsung menghantam kereta ekonomi yang sedang berhenti.
Tabrakan KRL di Kampung Bubulak, Cilembut, Bogor itu berdampak pada arus lalu lintas kereta rel listrik, di jalur tersebut.
KRL Bogor-Jakarta arus listrik sengaja dimatikan di jalur tersebut untuk kepentingan proses evakuasi di lokasi kecelakaan.
Arus listrik yang padam itu mengakibatkan lima KRL tertahan di Stasiun Bogor, yakni dua KRL Pakuan Express dan tiga KRL ekonomi. (red/*a)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar