Sabtu, Agustus 08, 2009

Gema Takbir Iringi Pemakaman Rendra

JAKARTA, MP - Ribuan orang yang terdiri dari masyarakat, pejabat, mantan pejabat, seniman dan budayawan mengikuti proses pemakaman WS Rendra. Jenazah sang maestro ini dimakamkan tidak jauh dari pendopo Bengkel Teater, di Citayam, Depok, Jumat (7/8) sekitar pukul 14.15 WIB.

Gema takbir dan tetesan air mata mengiringi jenazah dari tempat persemayaman hingga ke liang lahat.

Beberapa pejabat dan mantan pejabat negara yang terlihat ikut prosesi pemakaman antara lain, Menhub Jusman Syafei Djamal, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menkominfo M Nuh, Mantan Mensesneg Moerdiono, Mantan Menko Ekonomi Rizal Ramli, Sri Bintang Pamungkas, pengamat politik Yudi Latif, Eep Syaifullah.mantan Ketua MK Jimly Asshidique dan Rektor Universitas Paramadina Anis Bawesdan.

Tampak pula calon wakil presiden Boediono, Rizal Mallarangeng, Walikota Depok Nurmahmudi Ismail.

Sementara rekan sesama seniman tampak Reni Djayusman, Iwan Fals, Emha Ainun Najib, Novia Kolopaking, Putu Wijaya, Butet Kartarajasa, Yayang C Noor, Slamet Raharjo, Eros Djarot, Dedi Sutomo.

Serta artis lainnya seperti Ayu Azhari, Opie Andaresta, Jaja Miharja, pelawak Ginandjar, artis 80-an Erna Santoso, Yessi Gusman, dan lain-lain.

Selain artis dan pejabat negara, ribuan warga masyarakat juga menyampaikan bela sungkawa.

Meski dipadati ribuan massa, namun proses pemakaman WS Rendra berjalan lancar tanpa hambatan.

Budayawan, penyair dan seniman besar yang dijuluki Burung Merak ini menghembuskan nafas terakhir akibat penyakit jantung koroner yang sudah lama diidapnya, Kamis (6/8) sekitar pukul 22.00 WIB, di RS Mitra Keluarga, Depok.

Pria kelahiran Solo, 7 November 1935, terlahir dengan nama Willibrordus Surendra Broto Rendra. Dia merupakan anak dari pasangan R Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo, seorang guru dan Raden Ayu Catharina Ismadillah, penari serimpi di keraton Surakarta.

Bakatnya di bidang sastra sudah terlihat sejak beliau duduk di bangku SMP lewat kemampuannya menulis puisi, cerita pendek dan drama dalam berbagai kegiatan sekolahnya.

Karya-karya sastranya tidak hanya dikenal di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Bahkan sejumlah karyanya sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.

Dikenal Jujur

Sementara itu di mata Rektor Universitas Paramadhina Anies Baswedan, WS Rendra merupakan orang yang tidak pernah memandang masyarakat dengan basa-basi.

"Saya sangat menganggumi beliau, karena dalam memandang masyarakat bukan merupakan basa-basi," kata Anies Baswedan di Bengkel Teater WS Rendra, di Cipayung, Citayam, Kota Depok.

Ia mengatakan, dirinya selalu datang ketika acara-acara yang diselenggarakan oleh WS Rendra, baik pembacaan puisi ataupun diskusi.

"Banyak yang bisa dipelajari dari beliau, terutama masalah kemasyarakatan," ujarnya.

Anies menilai kejujuran ekspresi merupakan hal yang selalu melekat pada diri Rendra dan Rendra tidak pernah terpesona pada harta duniawi. Rendra juga dinilai sebagai sosok yang telah menyadarkan masyarakat dengan perspektif yang dimilikinya.

"Beliau adalah orang yang telah menyadarkan kita dengan semua perspektif berbeda yang dimilikinya," katanya.

Anies mengaku telah mengenal secara pribadi dengan Rendra sejak lama, ketika masih di Yogyakarta. "Jelas saya merasa kehilangan sosok panutan dalam bermasyarakat," katanya.


Dekat Mbah Surip


Sementara itu tempat makam WS Rendra tidak jauh dari Mbah Surip yaitu sekira sepuluh meter. "Tempatnya memang sudah dipersiapkan sejak lama. Rendra juga minta dimakamkan di bawah pohon rindang," kata adik ipar WS Rendra, Iwan Burnani.

Tempat pemakaman sekira 100 meter persegi tersebut memang dipersiapkan sebelumnya dan sejumlah seniman dan aktivis dimakamkan di tempat tersebut seperti Roedjito (seniman teater Artistik), Arie Mocoi, Indra Kesuma Budenani, Ria Rumondang Pardede, Semsar Siahaan (pelukis dan perupa), dan Mbah Surip.

"Ini bukan makam keluarga, siapa saja boleh kalau mendapat persetujuan keluarga," katanya.

Sejumlah pejabat dan artis datang melayat ke rumah duka tersebut, seperti Menteri Perhubungan Djusman Syafii Djamal, Wakil Wali Kota Depok, Yuyun Wirasaputra, Rektor Universitas Paramadina, Anis Baswedan.

Selanjutnya dari kalangan artis antara lain Virgiawan Listianto atau yang lebih dikenal dengan Iwan Fals, dan Deddy Mizwar, dan lainnya.

Karangan bunga duka citapun menghiasi tempat Bengkel teater tersebut, seperti dari Dirut Lembaga Penyiaran Publik (LPP), Parni Hadi, Keluarga Teater Alam Yogya, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, artis Connie Constantia, Forum Harmoni Nusantara, Jenderal (Purn) TNI Wiranto, dan Surabya Community Sedhuluran Sampek Matek.

Iwan mengatakan, prosesi pemakaman akan dilakukan setelah sholat Jumat. "Jam berapa belum pasti karena masih menunggu kedatangan anak-anaknya, setalah anak-anaknya datang langsung dimakamkan," kata Iwan.

Putra dan putrinya yang sedang ditunggu adalah Yonas yang berada di Kalimantan, dan Naomi, Rachael, dan Semy yang tinggal di Yogyakarta.

Saat Sakit Menulis Puisi

Sekedar untuk diketahui ternyata kreativitas WS Rendra tidak pernah pupus meski tubuhnya tergolek di atas ranjang RS Mitra Keluarga, Depok, sebelum Tuhan memanggilnya.

Lewat puisi yang ditulisnya pada 31 Juli lalu, Sang Burung Merak ini menuangkan ekspresi kecintaannya kepada Allah.

Inilah kutipan puisi terakhir yang ditulisnya saat terbaring di rumah sakit ;

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu

Rendra
31 July 2009
Mitra Keluarga

(red/*b8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails