Rabu, Juni 29, 2011

Masdar : Ceramah di Jakarta 80 Persen Provokatif

JAKARTA, M86 - Cendikiawan muslim KH Masdar Farid Mas'udi MA mengingatkan para ulama dan seluruh tokoh muslim di Indonesia untuk menghentikan ceramah bermuatan provokasi yang memancing kemarahan umat kepada negara.

"Kalau di Jakarta 80 persen isi ceramah ulama itu provokatif yang memanfaatkan kemarahan umat atas kondisi yang terjadi pada bangsa ini," kata KH Masdar Farid Mas'udi yang juga Rais Syuriah PBNU dalam kuliah umum di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu, Rabu (29/6).

Masdar menengarai salah satu motivasi kelompok tertentu yang mengeruhkan suasana Indonesia dengan cara teror bom ialah kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga ketidaksesuaian tersebut melahirkan kemarahan.

Menurut dia, suasana politik, ekonomi, hukum, keadilan yang tidak sesuai itulah membuat suasana batin bangsa ini marah.

Peran ulama dan pemuka Islam, katanya, sangat diperlukan dalam hal ini sehingga ada baiknya para ulama atau ustadz tidak sembarang menafsirkan hadis dan ayat suci Al Quran, sebelum memahami dulu sebab-sebab turunnya ayat atau hadis tersebut.

"Memang ada beberapa ayat yang berkata terkesan tegas dan keras, tapi ada konteks tertentu kapan ayat tersebut bisa dilakukan, jangan menafsirkan ayat dengan literalistik atau dari sisi arti saja, banyak sekali ayat-ayat Alquran dan hadis yang menawarkan perdamaian, kasih sayang dan toleransi," tambahnya.

Selanjutnya kondisi kemarahan batin bangsa Indonesia saat ini tidaklah seberat seperti yang dialami beberapa negara maju lain seperti China, India, bahkan kaum Yahudi.

Beberapa bangsa ini memanfaatkan kemarahan batin mereka dengan memacu diri untuk berbuat yang terbaik, memperbaiki etos kerja, hingga terbukti saat ini bagaimana kondisi China, kaum Yahudi, India, mereka berangkat dari kemarahan batin.

"Dalam kondisi kemarahan batin mereka tidak menciptakan bom, Indonesia lebih potensial dari negara-negara itu jika kita bisa memanfaatkan kemarahan batin kita dengan hal yang baik," imbuhnya Selain itu, para ulama dan ustadz hendaknya mengajarkan kepada umat untuk membedakan keyakinan agama secara privat dan agama secara publik.

Ia mengatakan, keyakinan agama secara privat, seperti tata-cara shalat, dan kata bid'ah, serta ahli neraka merupakan cara mudah untuk memecah umat Islam dengan harga murah bagi kelompok-kelompok yang tidak suka kepada Islam.

"Sesat dan tidak itu hanya kewenangan Allah, bukan manusia," tegasnya.

Hal yang seharusnya dipromosikan di Indonesia adalah syariat akhlak atau syariat publik, agar kemaslahatan dapat terbangun.(red/*b8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails