JAKARTA, M86 - Gejala psikologis yang sangat dilematis dalam konteks jumlah partai peserta pemilu yang banyak bermunculan, secara psikologis membuat masyarakat menimbang suatu alternatif untuk memilih satu dari sekian banyak partai yang ada.
"Berkisar dari 3-5 alternatif, artinya lewat dari jumlah segitu, pilihan menjadi lebih acak," kata Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk di Jakarta.
Hamdi menjelaskan, kondisi ini disebabkan karena manusia mempunyai keterbatasan kognitif untuk mengolah informasi.
"Bagaimana mungkin memilih sekian calon dalam sederetan kolom dan baris dari peserta partai yang 40an," ucapnya.
Ia menambahkan, bahwa yang akan terjadi dengan banyaknya partai adalah, orang akan secara cepat untuk melihat stimulus yang paling menonjol saja.
"Jadi dengan begitu pilihan yang ajeg sebenarnya idealnya 3-5 partai saja," paparnya.
Lanjut menurutnya, dengan hanya 3-5 partai saja, partai tidak punya pilihan lagi untuk tidak serius membuat identitas partai. Dengan begitu rakyat tidak terlalu ambil pusing ketika memilih.
Meski demikian, hal tersebut cenderung menutup kemungkinan partai lain untuk ikut berkecimpung dalam Pemilu mendatang, dan ini bertentangan dengan azas keadilan. Padahal menurut Hamdi semua warga negara telah dijamin undang-undang untuk bepartisipasi dalam kmpetisi politik."Satu kondisi yang teramat sulit memang,"tutupnya. (red/*tdc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar