Kamis, April 28, 2011

Tolak Pembangunan Gedung Baru, Seniman Lukis "Gedung DPR WC Umum"

JAKARTA, M86 - Langkah DPR RI yang tetap akan membangun gedung DPR RI mengundang protes dari seniman lukis. Sembilan pelukis melakukan aksi tolak gedung baru DPR dengan menuangkan penolakannya dalam bentuk lukisan, di depan pintu gerbang Kompleks Parlemen, Rabu (27/04).

Salah satu pelukis, Hardi, yang pernah dipenjara di era Orde Baru karena memajang foto dirinya sebagai Presiden RI 2001, melukis orang membuang hajat dengan latar belakang Gedung DPRMPR/DPR/DPD berjudul "Gedung DPR WC Umum" .

"Ini sebagai bentuk protes pada anggota Dewan yang tuli dan tidak mendengar aspirasi rakyat, yang tetap akan membangun gedung baru DPR yang menelan biaya Rp 1,13 Triliun, di tengah berbagai kesulitan hidup," ujar Hardi.

Turut hadir dalam demo lukis itu sejumlah aktivis seperti Ray Rangkuti dari LIMA, Romo Benny, Prof Hamdi Muluk, Sebastian Salang dari Formappi, Sukardi Rinakit, dan BEM UI.

Sementara pelukis lainnya, Odji mengatakan, aksi lukis di depan gedung DPR disebabkan sudah meluapnya kekesalan terhadap Ketua dan anggota DPR yang bersikeras meneruskan pembangunan gedung baru yang menghabiskan dana Rp 1,13 Triliun. Padahal di sekelilingnya masih banyak warga yang kekurangan. "Ini gedung ini mewahnya luar biasa," ujarnya.

"Lukisan ini bahasa kita, kita mengambarkan seolah-olah gedung DPR itu sebagai WC Umum. Ini karena kebencian, kita nggak tahan lagi makanya kita melukis rame-rame. Dari kalangan seniman sangat tidak happy (bahagia-red)," kata Odji.

Odji berharap aksi ini dapat didengar, apalagi dengan tema lukisan WC Umum. "Setidaknya mereka bisa malu dengan ini," pungkasnya.

Kesembilan pelukis tersebut adalah Yahya THS, H Dien, Karmanto, Juang, Ridwan, Willi, Odji, Soehardi, dan Kasiman Li.

Lukisan sembilan pelukis bermacam-macam namun semuanya mengambarkan gedung DPR yang bobrok. Mulai dari lukisan yang besar berukiran yang bergambarkan rayap besar dan gedung DPR, ada juga lukisan yang berukuran sedang yang mengambarkan gedung baru DPR sebagai WC umum.

Karena masa reses, tak ada satupun pimpinan dewan dari DPR yang menanggapi aksi Hardi itu. Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) DPR-RI, Tjatur Sapto Edy, menolak berkomentar lebih jauh mengenai aksi nyentrik sejumlah pelukis ini.

"Saya rasa masih banyak cara lain yang lebih baik untuk kritisi kinerja Dewan ini," ujarnya. (red/*jno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails