Rabu, Juli 28, 2010

Jangan Kubur Tragedi 27 Juli

JAKARTA, MP - Tetesan air hujan terus mengalir dari atap tenda yang bocor. Agar tidak memercik, beberapa orang menadah dengan kardus bekas. Meski hujan turun semakin deras, seratusan orang di halaman kantor bekas markas PDI, itu tetap khikmad mengikuti prosesi tabur bunga.

Kegiatan itu digelar partai berlambang banteng itu di Jl Diponegoro 58, Jakarta Pusat, untuk memperingati Tragedi 27 Juli. Melalui kegiatan itu, keluarga besar PDIP kembali mengingatkan pemerintah, bahwa hingga kini penyelesaian kasus tersebut belum tuntas.

Empat belas tahun lalu, kantor itu diserang sekelompok massa yang mengatasnamakan PDI pro-Soerjadi yang terpilih hasil Kongres IV Medan pada Juni 1996. Mereka mengambil paksa kantor PDI yang dipenuhi massa pendukung Megawati Soekarnoputri. Berdasarkan catatan Tim Pencari Fakta (TPF) Komnas HAM pada 1996, 5 orang diketahui meninggal dunia, 149 orang sipil maupun aparat luka-luka, dan 136 orang ditahan.

"Kasus itu sampai hari ini belum terungkap secara jelas, dan pelaku-pelakunya masih bebas, tidak tersentuh hukum. Walaupun ada proses pengadilan, tetapi bukan pengadilan HAM," ujar Ribka Tjiptaning, legislator PDIP yang juga Ketua Komisi IV DPR.

Ia menambahkan, karena peristiwa itu termasuk pelanggaran HAM berat, maka penyelesaian kasus itu tidak cukup melalui pengadilan koneksitas. Seharusnya, diadili di Pengadilan Ad Hoc HAM. "Karena itu DPR harus segera membentuk pansus Kasus 27 Juli dan mmerekomendasikan pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus 27 Juli," paparnya.

Tidak hanya melakukan prosesi tabur bunga dan orasi, dalam kegiatan tersebut juga digelar pengobatan gratis, dan pembagian sembako. Empat dokter cekatan memeriksa setiap warga yang datang. Sesudahnya, para perawat memberikan obat dan vitamin yang dibutuhkan secara cuma-cuma. Salah satunya adalah Bahri, 57, warga Jl Anyer yang rumahnya tepat di belakang bekas kantor PDI tersebut, yang menderita hipertensi.

Dalam kesempatan itu juga digelar makan siang bersama. Belasan tumpeng merah beserta lauk-pauknya diedarkan. Warga dan pengurus partai melebur jadi satu untuk makan bersama. Sayangnya, pantia yang tidak menyediakan piring dan sendok membuat acara makan sedikit gaduh. Setiap orang berusaha meraup nasi dan lauknya sebanyak mungkin dari satu tampah.

Namun suasana kembali khidmat ketika politikus senior PDIP Sabam Sirait berorasi di akhir acara. Sabam mengingatkan, para legislator PDIP yang berada di DPR untuk tetap bekerja sungguh-sungguh mengemban amanah rakyat. "Anggota DPR harus bekerja benar-benar dan menempati janji," kata Sabam. (red/*mi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails