JAKARTA, MP - Kepolisian Malaysia mengatakan, mereka telah meningkatkan keamanan di semua gereja di seluruh negeri, setelah satu gereja dilempar bom api pada Jumat (8/1) pagi, di tengah sengketa penggunaan kata `Allah` untuk Tuhan ummat Kristen.
Serangan itu terjadi pada gereja Metro Tabernacle, bagian dari kelompok Pantekosta yang disebut `Majelis Tuhan`, memusnahkan kantor tata usahanya di lantai dasar.
"Sejak kemarin malam, saya telah perintahkan kepada semua mobil patroli untuk melakukan patroli semua daerah gereja. Kami juga memantau semua gereja," kata Musa Hassan, Inspektur Jenderal Polisi, kepada Reuters.
Satu pengadilan pekan lalu memutuskan mengizinkan surat kabar Katholik `the Herald` untuk menggunakan kata `Allah` untuk sebutan Tuhan ummat Kristen telah diimbau oleh pemerintah, di negara berpenduduk 28 juta yang sebagian besar pemeluk Islam itu.
Masalah tersebut mengancam hubungan antara penduduk Malaysia yang mayoritas Muslim dengan etnis minoritas China dan India yang memeluk ajaran Kristen, Hindu dan Budha.
Kristen, termasuk sekitar 800.000 pemeluk Katholik, merupakan bagian sembilan persen dari penduduk Malaysia.
Malaysia, sekitar 60 persen dari jumlah penduduknya, adalah Muslim dan tidak diizinkan untuk pindah ke agama lain.
Kelompok-kelompok Muslim Jumat memprotes peraturan di ibu kota Kuala Lumpur dan di manapun di Malaysia, meskipun polisi telah memperingatkan untuk tidak melakukan hal itu.
"Saya telah menyarankan kepada mereka untuk mengajukan masalah ini ke pengadilan. Saya akan bertindak menentang siapapun yang bertindak merusak keamanan nasional," ujar Musa.
Pada Kamis (7/1) malam, laman Internet pengadilan pemerintah melaporkan adanya penyerangan di tengah meningkatnya kemarahan terhadap putusan pengadilan itu.
Laman Internet berita Malaysian Insider menangkap gambar penembakan yang merusak laman itu, yang berisi peringatan "Allah hanya dibatasi untuk ummat Muslim saja."(red/*b8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar