JAKARTA, MP - Kritik terhadap pemerintahan 100 hari SBY-Boediono terus mengalir. Migrant Care menilai pemerintah masih belum memperhatikan nasib kaum pahlawan devisa ini.
"100 Hari kinerja Kabinet Indonesia Bersatu jilid kedua ditutup dengan kematian 7 orang buruh migran Indonesia dalam waktu satu hari di berbagai negara (tanggal 27 Januari)," kata Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, seperti dinasir dari situs berita detikcom, Kamis (28/1).
Anis menjelaskan, kematian mereka menggenapi angka kematian buruh migran Indonesia sepanjang 100 hari kinerja KIB II (20 Oktober hingga 27 Januari 2010) yang mencapai 171 orang. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa nasib buruh kian hari semakin memprihatinkan.
"Fakta ini menjadi gambaran nyata bahwa sektor perlindungan buruh migran belum menjadi agenda prioritas dalam program kerja 100 hari KIB II," terangnya.
Ketidakpedulian pemerintah kepada kaum buruh, kata Anis, juga terjadi saat SBY menjabat pada periode pertama. Bahkan, hingga SBY terpilih untuk kedua kalinya, masalah buruh migran tidak juga mengalami perubahan.
"Kembalinya SBY sebagai presiden tidak memberi banyak harapan akan adanya kebijakan perlindungan yang fundamental bagi buruh migran yang nyata-nyata telah banyak menghasilkan devisa," ungkapnya.
Menurut Anis, buruh migran sepertinya tidak bisa berharap banyak dari pemerintahan SBY-Boediono. "Jajak pendapat Migrant Care di Malaysia, Singapura, dan Hongkong yang melibatkan 2.323 responden dari buruh migran menunjukkan bahwa 68 persen buruh migran tidak percaya pemerintahan SBY jilid II akan mampu memperbaiki nasib mereka," tandasnya. (red/*dtc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar