JAKARTA, MP - Menjelang akhir hidupnya, kepedulian mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid terhadap persoalan toleransi dan kerukunan umat beragama, tetaplah besar sehingga menitipkan pesan pada tokoh Katolik untuk memperlakukan kaum fundamentalis secara lebih bijak.
Romo Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar Agama KWI di Jakarta, Rabu (30/12) malam, merujuk pada pertemuan antara Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog antar Agama Vatikan Kardinal Jean Louis Tauran dengan KH. Abdurrahman Wahid pada November 2009.
"Saat itu Gus Dur berpesan agar kaum fundamentalis jangan dijauhi tetapi harus dicintai," ujarnya mengutip salah satu pesan Gus Dur.
Menurut Romo Benny, Gus Dur adalah tokoh besar bagi bangsa Indonesia. Ia sangat memperhatikan isu-isu pluralisme dan mementingkan arti dari kejujuran. Selama hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang sangat mendedikasikan jiwa dan raganya untuk bangsa Indonesia.
"Menurut saya, hidup Gus Dur semata-mata untuk bangsa dan negara. Beliau meninggalkan kepentingan pribadinya untuk bangsa, orang yang mencintai bangsa dan menyediakan waktu untuk bangsa," kata Romo Benny yang merupakan teman dekat dari almarhum Gus Dur.
Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang hangat dan tidak pernah lepas dari guyonan-guyonan yang menyegarkan. Guyonan itulah menjadi ciri khas Gus Dur yang selalu diingat.
Lebih lanjut Romo Benny mengatakan, meski didera sakit, Gus Dur masih sempat mengucapkan Selamat Natal padanya melalui telepon pada 25 Desember 2009.
"Pada 25 Desember, beliau menghubungi saya untuk mengucapkan Selamat Natal. Saat itu Gus Dur sempat mengeluh karena sakit gigi, tapi tetap saja Gus Dur bilang masih sehat," ungkapnya.
Dalam perbincangan tersebut, Romo Benny mengaku menerima pesan dari Gus Dur yaitu untuk menjaga Shinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur.
"Beliau bilang titip ibu (Shinta Nuriyah Wahid)," ucapnya.(red/*mtn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar