JAKARTA, MP - Hepatitis C berpotensi menjadi wabah terselubung karena penyakit hati akibat infeksi virus yang dapat menular dengan cepat antarmanusia tersebut tidak menunjukkan gejala khas sehingga sulit teridentifikasi.
"Data yang ada mengindikasikan, masalah hepatitis C telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Penyakit ini mematikan dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama di Jakarta.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperkirakan tujuh juta penduduk Indonesia mengidap virus hepatitis C dan ribuan infeksi baru muncul setiap tahun namun 90 persen pengidap tidak menyadari kondisi infeksi mereka.
Pemerintah belum memiliki data kasus dan sebaran hepatitis C menyeluruh namun sejak dua tahun lalu memulai pendataan kasus hepatitis di sejumlah provinsi bekerja sama dengan perusahaan farmasi PT Roche Indonesia.
Menurut hasil pendataan yang dilakukan 123 unit pelapor yang terdiri atas unit transfusi darah, rumah sakit dan laboratorium kesehatan di 21 provinsi tersebut, jumlah kasus positif hepatitis C yang terlapor di unit pelapor total sebanyak 15.736 kasus.
"Tetapi itu belum bisa digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan insiden atau prevalensi karena pendataan hanya dilakukan berbasis fasilitas," kata Tjandra.
Pemerintah, lanjutnya, berencana melanjutkan dan memperluas pemantauan (surveilans) kasus hepatitis C untuk mendapat gambaran penyebaran penyakit tersebut di Indonesia.
"Surveilans di 21 provinsi tetap dilanjutkan dan akan diperluas. Tetapi itu butuh waktu karena tidak mudah menyiapkan sentinel-sentinel pengumpulan data untuk keperluan tersebut," kata Tjandra.
Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Unggul Budihusodo mengatakan surveilans nasional hepatitis C sangat diperlukan dalam penyusunan strategi penanganan hepatitis C yang komprehensif.
"Data kasus dan sebaran yang dihasilkan dari kegiatan pemantauan penyakit akan menjadi dasar dalam menyusun strategi, kebijakan dan program intervensi," katanya.
Penanggulangan penyakit itu mesti dilakukan secara komprehensif karena beban tahunan akibat penyakit itu tergolong tinggi. Biaya tahunan yang dibutuhkan setiap pasien hepatitis C kronis per tahun mencapai Rp3,5 juta hingga Rp5 juta, pasien sirosis Rp15 juta-Rp20 juta dan pasien kanker hati Rp1,3 miliar-Rp3 miliar. (red/jek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar