JAKARTA, MP - Ketua Umum DPP Partai Golkar Muhamamd Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden Republik Indonesia mengatakan, dua jabatan yang kini diembannya hanya tinggal menghitung hari.Sambil menghitung hari untuk segera meninggalkan jabatan sebagai Wakil Presiden dan Ketua Umum Partai Golkar, Kalla mengingatkan teman-temannya di partai berlambang pohon beringin yang menjadi anggota DPR-RI periode 2004-2009 yang jabatannya juga hanya tinggal lima hari lagi itu.
"Kita semua yang ada di sini hanya dalam hitungan hari," kata Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada acara halal bihalal Fraksi Partai Golkar di Hotel Crown Jakarta.
Halal bihalal tersebut dihadiri sebagian besar anggota Fraksi Partai Golkar DPR yang jumlahnya sebanyak 124 orang.
Menurut Kalla, jabatannya sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar hanya tinggal 12 hari lagi, sampai diselenggarakan pemilihan Ketua Umum DPP Partai Golkar pada musyawarah nasional (Munas) di Pekanbaru, Riau, 4-7 Oktober.
Demikian juga jabatannya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009 hanya tersisa 25 hari lagi sampai dilakukan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2009-2014 pada 20 Oktober.
Sedangkan koleganya di Partai Golkar yang menjadi anggota DPR-RI jabatannya hanya tersisa lima hari lagi sampai dilakukan pengambilan sumpah dan jabatan pada 1 Oktober.
Pria kelahiran Wattampone Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 ini juga mengucapkan terima kasih kepada pengurus dan kader Partai Golkar yang telah menjalankan tugasnya dengan baik mengemban amanah konstituen maupun partai di DPR selama lima tahun terakhir.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar dan mantan aktivis di almamaternya juga mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono sebagai Ketua DPR-RI periode 2004-2009.
"Kalau saya mungkin tidak sanggup menjadi Ketua DPR, karena setiap rapat-rapat selalu mendengarkan orang bicara. Ini memerlukan energi dan seni tersendiri, tapi itu bagian dari tugas ketua DPR," ujar Kalla.
Sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, katanya, ia sering mengingatkan anggota Fraksi Partai Golkar DPR untuk selalu bersikap obyektif, konsisten, dan proporsional dalam bekerja.
"Fraksi Partai Golkar DPR tidak boleh menolak sesuatu secara buta dan sebaliknya tidak perlu mendukung secara buta, tapi harus selalu bersikap kritis," terang pengusaha yang mengembangkan usaha NV Haji Kalla Trading Company ini.
Mantan Menko Kesra pada era pemerintahan Presiden KH Abdurrachman Wahid (1999-2001) dan Megawati Soekarnoputri (2001-2004) ini juga sering mengingatkan anggota Fraksi Partai Golkar DPR, bahwa jabatan dan kewenangan kadang-kadang menggoda.
"Tapi jangan gunakan kewenangan yang membuat Partai Golkar ternoda," ucap suami Hajjah Mufidah ini.
Kalla mensyukuri anggota Fraksi Partai Golkar DPR menjalankan amanahnya sehingga tidak ada yang ternoda.
Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei 1942) sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group.
Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla.
Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.
Jusuf Kalla menjadi Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969.
Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan.
Jusuf Kalla diangkat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid, tetapi diberhentikan di tengah jalan. Dia kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri.
Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Melalui pemilihan presiden yang dilaksanakan secara langsung untuk pertama kali, pada 2004, Kalla menjadi wakil presiden mendamping SBY.
Kalla kemudian menjadi Ketua Umum Partai Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004.
Bapak dari seorang putra dan empat putri, serta kakek dari sembilan orang cucu itu kini bersiap meninggalkan jabatannya, setelah kalah dalam Pemilihan Presiden 2009. (red/*b8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar