JAKARTA, MP - Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan jenazah gembong teroris Nurdin M Top yang tewas dalam penggerebekan sebuah rumah di kawasan Solo, Jateng, Rabu hingga Kamis pagi, akan dikirim ke malaysia.
Namun Kapolri tidak memastikan kapan jenazah pentolan teroris paling dicari selama sembilan tahun itu dikirim ke negeri jiran tersebut. Namun, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Duta Besar RI untuk Malaysia terkait rencana pemulangan itu.
Mayat Noordin tidak bisa langsung dipulangkan ke kampung halamannya karena polisi masih harusmenyelesaikan keperluan yang akan diperlukan Polri. Ada proses hukumnya juga akan diselesaikan dengan kedubes Malaysia dengan Indonesia. Selain itu, pemerintah Indonesia akan memberitahu keluarga.
Kapolri memastikan satu dari empat korban tewas itu adalah Noordin M Top setelah mencocokkan identifikasi sidik jari yang dikirim Malaysia dan yang dilakukan Rumah Sakit Polri.
Solo Titik Terakhir
Semenatar itu bila benar sesuai pengumuman resmi polisi Noordin M Top tewas, maka Kota Solo, Jawa Tengah menjadi titik terakhir pelarian Noordin. Setelah 9 tahun buron berpindah-pindah tempat, Noordin harus berakhir di Solo. Mengapa Noordin memilih Solo menjadi tempat pelarian, mungkin itu pertanyaan yang mampir di benak kita semua, untuk itu METRO POST mencoba mentalaah.
Solo selama ini kerap disebut-sebut sebagai basis pelaku teror. Biasanya dalam pelariannya selama ini, Noordin tidak pernah singgah ke tempat yang dicurigai dan diinteli polisi. Dia pun tidak pernah tinggal bersama seorang buronan.
"Mungkin saja dia sudah terjepit. Sudah tidak ada pelindungnya lagi," terang seorang aktivis Jamaah Islamiyah (JI) yang enggan disebutkan namanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (17/9).
Solo dipilih sebagai lokasi karena di tempat ini dikenal nyaman. "Juga aman, banyak yang melindungi," terangnya.
Noordin ditengarai tidak hanya sehari dua hari berada di Kepohsari. Dia sudah ada beberapa lama di situ. Saat digerebek Densus 88 sejak Rabu 16 September malam, sejumlah perlawanan pun dilakukan 5 orang yang berada di dalam rumah itu. Tidak heran bila ditemukan senapan laras panjang, pistol, dan bahan peledak. Seorang pria yang diduga kuat Noordin juga memakai rompi yang diledakkan.
"Mereka di rumah itu berdiskusi dan mengajar di sebuah pesantren. Ya mungkin saja mereka hendak merencanakan penyerangan lagi," terang sumber itu.
Selama ini berkali-kali Noordin selalu lolos dari pengepungan, mulai kurun waktu 2000-2009. Mulai dari Batu, Malang, Bogor, Bandung, Cilacap, Temanggung, dan kemudian titik terakhir di Solo.
"Dia pintar, tetapi dia kali ini mungkin ceroboh," ujar mantan petinggi JI Nasir Abbas saat dihubungi melalui telepon.
Sementara itu, mengenai lokasi Kota Solo yang kerap menjadi basis kelompok pelaku teror disanggah Pimpinan Jamaah Ansharu-Tauhid (JAT) Abdul Rochim, yang juga putra Abu Bakar Baasyir, pendiri pondok pesantren Ngruki yang selalu dikait-kaitkan dengan pelaku teror.
"Kalau Solo jadi basis buktinya apa? Itu hanya oknum yang menstigmakan orang tertentu dengan terorisme. Semua itu kalau bicara fakta, mereka tidak punya. Kalau menuduh suatu pihak dengan terorisme jangan bicara tanpa bukti. Penanganan teroris itu amburadul sampai mencurigai orang berjenggot," tutup pria yang akrab disapa Iim ini. (red/cok/dtc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar