JAKARTA, MP - Konta produktif asal usul bangsa Melayu kini kian memanas, khususnya saling klaim antara Malaysia dan Indonesia, bahkan Malaysia seolah menjadi sentral semua budaya Melayu. Malaysia mengklaim bahwa sentral budaya Melayu adalah di wilayahnya, yaitu wilayah selat Malaka atau yang disebut Semenanjung.
Dalam sejarah bangsa Melayu seperti ditulis situs Pelaminanminang.com, dikatakan dalam buku sejarah Melayu disebut bahwa Melayu adalah nama sungai di Sumatera Selatan yang mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat Palembang (Sebuah kerajaan di muara Batang Hari, sebuah sungai di Jambi, sebuah kawasan di pantai timur Sumatera Selatan bernama Melayu).
Si Guntang merupakan tempat pemunculan pertama tiga orang raja yang datang ke alam Melayu. Mereka adalah asal dari keturunan raja-raja Melayu di Palembang (Singapura, Malaka dan Johor), Minangkabau dan Tanjung Pura.
Sejarah Melayu (Malay Annals) merupakan karya tulis yang paling penting dalam bahasa Melayu yang merupakan sumber yang otentik untuk informasi mengenai ke-Melayu-an. Disusun sekitar tahun 1612 tetapi didasarkan catatan-catatan yang lebih tua.
Disebut juga bahwa anggota kerajaan Malaka menyebut diri mereka keturunan Melayu dari daerah Palembang. Seperti keluarga raja-raja di Negeri Sembilan yaitu: Yang Dipertuan Ali Alamsyah yang dianggap keturunan langsung dari Raja Minangkabau terakhir.
Pada waktu itu sebutan Melayu merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang Sumatera pilihan. Seiring dengan berjalannya waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai ditinggalkan.
Definisi Melayu menjadi berdasarkan budaya dan adat, dimana orang Melayu adalah orang yang mempunyai etika, tingkah laku dan adat Melayu. Pada waktu Islam mulai dianut didaerah Sumatera dan Semenanjung Malaka, keyakinan dan ketaatan terhadap agama Islam menjadi salah satu ciri khas dari orang Melayu.
Pada abad ke-18, William Marsden menyebutkan bahwa dalam percakapan sehari-hari, penyebutan bangsa Melayu adalah sama dengan sebutan bangsa Moor di India dalam artian ketaatannya terhadap agama Islam.
Kontek diatas asal usul Melayu dari Indonesia (Sumatra) juga dipertegas dari catatan Liang Liji (1996) seperti dikutip dari MelayuOnline.com, pembentukan kerajaan Melayu paling awal telah terbentuk pada tahun 131 Masehi seperti dikutip dari catatan China kuno.
Kerajaan itu disebut dalam bahasa China sebagai Ye Diao (tidak diketahui apa namanya di alam Melayu tapi ia merujuk pada kawasan Jawa dan Sumatera) yang membawa upeti ke negeri China. Kerajaan Melayu Purba (Melayu-Kemboja) bernama Funan pula wujud di abad ke 3 Masehi dan berpusat di Kamboja hingga kurun abad ke 15 (1,200 tahun).
Kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatera beragama Buddha Mahayana pada abad ke 7 Masehi, yang mempunyai wilayah di sebagian besar pulau Jawa dan membuat candi Borobudur. Sriwijaya meliputi seluruh Sumatera, Riau, Jawa Barat, Semenanjung Tanah Melayu, Singapura, Selatan Thai, Champa, Kemboja dan Sri Lanka (Coedes & Damais 1992, Slametmuljana 1970, 1981, Chatterji 1966 & Sastri 1949).
Catatan:
Bahasa Melayu kuno pada Prasasti Batu abad ke-7 yang ditulis dengan huruf Pallawa:
* Prasasti Batu di Lembah Bukit, Palembang (683 M)
* Prasasti Batu di Talang Ruwo, dekat Palembang (684 M)
* Prasasti Batu di Kota Kampur, Pulau Bangka (686 M)
* Prasasti Batu di Karang Brahi, Meringin, daerah Hulu Jambi (686 M)
Dari serentetan sejarah yang ada, asal-usul Melayu merujuk dari wilayah Sumatera Indonesia, jadi persoalan Melayu baik adat istiadat serta bahasa merupakan secara hirarki milik Indonesia.(red/*b8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar