Rabu, April 06, 2011

Nelayan Rayakan Hari Nelayan dengan Termenung

JAKARTA, M86 - Perayaan Hari Nelayan yang diperingati setiap 6 April ternyata hanyalah hari jadi tanpa arti bagi para nelayan. Hal itu diakui sejumlah nelayan yang berada di kawasan pesisir Teluk Jakarta Utara yang masih merasa terpinggirkan dalam kehidupan memprihatinkan.

Tak pelak kehidupan ekonomi mereka masih masuk kategori garis kemiskinan. Bahkan mereka tidak jarang menjadi santapan para rentenir terutama saat musim angin barat tiba karena harus berhenti melaut akibat cuaca yang kurang bersahabat. Ironisnya, mereka kerap dijadikan ikon dari segelintir oknum Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara maupun lembaga tertentu untuk memperoleh anggaran bantuan. Oleh karena itu, meskipun hari jadi nelayan nasional, mereka rayakan dengan termenung di lepas pantai menatapi nasib mereka yang belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.

Namun kenyataannya bantuan itu hanya sedikit yang benar-benar menyentuh langsung pada para nelayan. "Bantuan yang sampai ke nelayan bisa dihitung jari mas, itu pun hanya bantuan mie instan dan beras saja. Sementara bantuan besar untuk operasional nelayan banyak yang meluap tidak pernah sampai ke tangan nelayan," jelas Saefudin (32), salah seorang nelayan gala yang masih mengaku hidup morat-marit untuk membiayai hidup keluarganya.

Hal serupa juga diakui, Margono (31), nelayan lainnya. Ia menjelaskan, selama ini bantuan yang datang tak pernah tepat sasaran kepada para nelayan. Untuk itu, pria yang sudah turun temurun berprofesi menjadi nelayan ini meminta pemerintah serius dalam pembinaan para nelayan agar kehidupan mereka jauh lebih baik.

"Akibatnya kalau sedang masa paceklik yaitu musim angin barat. Tidak sedikit nelayan yang harus banting stir menjadi kuli bangunan, pengojek, ataupun pemulung untuk memenuhi kehidupan sehari-hari," jelasnya.

Sementara itu Kepala Seksi Perikanan dan Kelautan Sudin P2K Jakarta Utara, Sri Haryati menuturkan, untuk kawasan di Jakarta Utara tercatat jumlah nelayan yang terdaftar mencapai 18.996 nelayan, sedangkan nelayan yang menetap sebanyak 11.525 nelayan dan untuk nelayan pendatang sebanyak 7.471 nelayan.

Pihaknya mengaku sudah berusaha maksimal mengkordinir kaum nelayan dalam berbagai macam bantuan, baik dari pemerintah pusat dan daerah. Bahkan, ia juga mengakui banyak kelompok nelayan di kawasan Jakarta Utara sehingga tidak semua kelompok nelayan yang bisa mendapatkan bantuan. "Tentunya kami klasifikasikan kelompoknya dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Jadi tidak semua kelompok nelayan yang dapat bantuan," tandasnya.

Ia juga mengakui, masih banyak warga nelayan di Jakarta Utara yang hidupnya masih berada di dalam lingkaran kemiskinan. Belum lagi saat musim angin barat tiba yang membuat kehidupan mereka sengsara lantaran tak dapat melaut hingga terjerat rentenir.

"Dari enam kecamatan, kawasan Cilincing menjadi salah satu tempat domisili terbesar masyarakat nelayan di Jakarta Utara dengan jumlah nelayan mencapai kurang lebih delapan ribu nelayan dengan kehidupan yang umumnya masih di bawah garis kemskinan," katanya. (jek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails